Cari Artikel Muslimah-muslimah terkemuka di Blog Ini

Jumat, 18 Juni 2010

Salma Binti Qais Al-Anshariyyah: Sang Perantara Kebaikan


CAHAYA Islam mulai bersinar di Madinah. Banyak manusia yang masuk Islam, di antaranya orang-orang dari Bani Najjar. Dan di antara mereka terdapat Salma binti Qais bin Amru bin Al-Anshariyyah An-Najjariyyah, yang dikenal dengan Ummu Al-Mundzir.

Ummu Al-Mundzir termasuk salah seorang wanita yang pertama memeluk Islam dan berpartisipasi dalam dua baiat yang penuh berkah. Oleh karenanya dia sering dijuluki dengan “Si Pemelihara Dua Baiat”. Ummu Al-Mundzir berkata, “Kami bersama para wanita Anshar datang menghadap kepada Rasulullah SAW untuk berbaiat. Ketika disyaratkan kepada kami untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak membuat tuduhan kotor dan palsu, serta tidak bermaksiat kepada beliau dalam kebaikan, maka beliau bersabda, “Janganlah kalian melakukan tindakan penipuan kepada para suami kalian.”

Kemudian Ummu Al-Mundzir berkata, “Setelah berbaiat kepada beliau, lalu kami kembali ke rumah. Maksud dari penipu para suami dijelaskan Rasulullah, “Engkau mengambil hartanya, lalu engkau dengan harta itu mencintai orang lain.” Inilah isi deklarasi dalam baiat para wanita. Ummu Al-Mundzir sangat kuat menjaga baiatnya sehingga dia mendapatkan berbagai kebaikan

…Ummu Al-Mundzir memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah. Dia mempunyai kontribusi dan andil penting dalam proses masuk Islamnya seseorang…

Tak heran jika Ummu Al-Mundzir memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah. Pasalnya, dia mempunyai kontribusi dan andil penting dalam proses masuk Islamnya seseorang. Pada saat berlangsungnya jihad, Ummu Al-Mundzir menemani salah seorang pria dan merekomendasikannya untuk masuk Islam di hadapan Rasulullah. Peristiwa ini terjadi ketika berlangsung Perang Bani Quraizhah, yaitu ketika Sa’ad bin Mu’adz menetapkan suatu keputusan untuk seorang Yahudi dan Bani Quraizhah. Keputusan itu adalah pembunuhan kaum pria, perampasan harta, dan penawanan kaum wanita serta anak-anak.

Keputusan hukum akan mulai dilaksanakan. Pada saat itu Ummu Al-Mundzir dengan beberapa wanita mujahidah lainnya sedang bersama Rasulullah. Dia maju mendekat kepada Rasulullah untuk meminta kepada beliau agar mengembalikan kepadanya seseorang bernama Rifa’ah Al-Qurazhi yang pernah diajak kerjasama Ummu Al-Mundzir. Lalu Ummu Al-Mundzir berkata, “Wahai Nabi Allah, aku tebus engkau dengan ayah dan ibuku. Berikan kepadaku Rifa’ah. Dia berjanji akan melakukan shalat dan makan daging unta.”

Kemudian Rasulullah menyerahkannya kepada Ummu Al-Mundzir seraya bersabda, “Jika dia mau melakukan shalat, maka itu lebih baik bagi dirinya. Jika dia tetap kokoh pada agamanya, maka hal itu lebih jelek bagi dirinya.” Dan akhirnya Rifa’ah masuk Islam. Dia berkesempatan mendampingi Rasulullah dan meriwayatkan hadits. Rifa’ah adalah paman Ummul Mukminin Shafiyyah bintu Huyaiy.

Tidak hanya itu saja Ummu Al-Mundzir menjadi perantara dalam hal kebaikan. Ibnu Said mengatakan, “Ketika Bani Quraizhah tertawan, Rasulullah menyuruh Raihanah binti Zaid bin Amr untuk datang ke rumah Salma binti Qais alias Ummu Al-Mundzir, untuk selanjutnya tinggal di sana. Raihanah akhirnya tinggal di rumah Ummu Mundzir hingga mendapatkan sekali haid, lalu suci dari haidnya. Setelah itu Ummu Al-Mundzir datang kepada Rasulullah dan menyampaikan berita tentang Raihanah.

…Ummu Al-Mundzir menjadi perantara dalam hal kebaikan, bahkan dia pun termasuk salah seorang perawi hadits Nabi yang suci, dan banyak orang yang meriwayatkan hadits darinya…

Rasulullah mendatanginya di rumah Ummu Al-Mundzir, lalu bersabda kepadanya, “Jika engkau berkehendak, maka aku akan memerdekakanmu, lalu menikahimu. Akan kulakukan. Jika engkau tetap ingin menjadi milikku (budak), maka tentu aku akan melakukannya pula.” Raihanah menjawab, “Wahai Rasulullah, aku menjadi milikmu adalah lebih ringan bagiku dan bagimu.” Raihanah pun kemudian menjadi milik Rasulullah sampai meninggal dunia.

Bahkan dia pun termasuk salah seorang perawi hadits Nabi yang suci, dan banyak orang yang meriwayatkan hadits darinya, di antaranya adalah Ya’qub bin Abi Ya’qub Al-Madani, Ayyub bin Abdurrahman, dan Ummu Sulaith binti Ayyub bin Al-Hakam. Demikianlah, Ummu Al-Mundzir memiliki banyak peranan dalam amalan kebaikan. Semoga Allah meridhai Ummu Al-Mundzir. Semoga Allah menjadikannya salah seorang yang dekat dengan-Nya di dalam surga An-Na’im. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Referensi: Nisaa` min ‘Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar